Rabu, 12 Desember 2012

LAPORAN PRAKTEK LAPANG
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
Teknik Budidaya Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis)







Oleh
TUSO WIYONO
E 321 10 029














PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul                       : Tehnik Budidaya Tanaman Kacang Merah
                          (Vigna angularis)
Tujuan                       : Untuk Mengetahui Jenis-jenis Hama, Penyakit dan Gulma 
                           pada Pertanaman Kacang Merah (Vigna angularis)
                                Nama                     :  TUSO WIYONO
                                Stambuk                :  E 321 10 029
Kelompok              : VII (Tujuh)
Program Studi       : Agribisnis
Fakultas                 : Pertanian
Universitas            : Tadulako
                                                                 
Palu,     Januari 2012
                                                          Mengetahui  
                                                                      
Koordinator Praktikum                                           Asisten Penanggung  Jawab




     HAMRI                                          ARIF HENDRA MUSTOFA
 E 281 08 098                                                                   E 281 08 006
                                                          Menyetujui
    Koordinator Mata Kuliah
                                  Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman


                                 Prof. Dr. Ir. H. ALAM ANSAHRI, M.Si
                                 Nip. 19581201 198603 1 003
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dalam upaya menyelaikan mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Penyusun mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Orang tua yang telah mendukung penyusun sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Tidak lupa pula penyusun  mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen penanggung jawab mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (DDPT) dalam hal ini Bapak IR. H Burhanudin Nasir MP, yang telah memberikan pemahaman tentang mata kuliah DDPT sehingga penulis dapat merealisasikannya pada saat praktek di laboraturium.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada para Asisten-asisten yang senantiasa memberikan waktu dan tenaganya untuk membimbing serta menuntun kami selaku praktikan dalam hal pembelajaran mengenai pengenalan Ordo-ordo serangga, Penyakit dan Nematoda sehingga saat ini kami dapat memahaminya walaupun masih sedikit.
Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman seperjuangan baik dari Jurusan Agroteknologi, dan yang lebih penting tidak lupa kepada teman jurusan sendiri yaitu Agribisnis, yang telah memberikan bantuan berupa waktu, tenaga dan pikiran dan juga orang-orang yang tidak sempat disebutkan, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan lengkap apang ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah penyusun harapkan untuk mengoreksi kesalahan penyusun, akan tetapi penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi yang membacanya.  Amin.




 Palu,       Januari  2012      
                                                                                                  Penyusun

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan atas Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan Hidayah-Nya berupa kesehatan dan kesabaran sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan penuh semangat. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan matakuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
         Laporan lengkap praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ini, diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai teknik budidaya tanaman Kacang Merah (Vigna angularis), baik dari cara penanamannya, hama dan penyakit yang menyerang, serta pengendalian-pengendalian dari hama dan penyakit tersebut.
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari semua pihak, untuk penyusunan laporan-laporan selanjutnya.





                                                                                             Palu,   Januari 2012

  Penyusun
DAFTAR ISI
                                                                                                 Halaman
HALAMAN SAMPUL    I
HALAMAN PENGESAHAN    II
UCAPAN TERIMA KASIH    III
KATA PENGANTAR    V
DAFTAR ISI    VI
DAFTAR GAMBAR    VIII
DAFTAR TABEL    IX
I. PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang      1
1.2 Tujuan dan Kegunaan      2
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Teknik Budidaya      3
2.2 Hama Tanaman     4
2.3 Penyakit Tanaman     5
2.4 Gulma      7
2.5 Musuh Alami      8
2.6 Teknik pengendalian      9
III. METODE PRAKTEK
 3.1 Tempat dan Waktu      10
 3.2 Alat dan Bahan      10
 3.3 Identifikasi dan Diagnosis      10
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil      12
  4.1.1 Hama      12
  4.1.2 Penyakit      17
4.1.3 Gulma      21             4.1.4 Musuh Alami      21
4.2   Pembahasan      23
   4.2.1 Hama      23
   4.2.2 Penyakit      23
   4.2.3 Gulma      24
   4.2.4 Musuh Alami      24
V.    KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan      25
5.2  Saran      26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN


DAFTAR GAMBAR
Nomor                                               Teks                                            Halaman
1.    Morfologi Kutu Daun (Aphis gossypii) Pada Tanaman
kacang merah (Vigna angularis)     12

2.    Morfologi Kumbang Helm (Coccinella arcuta F.) Pada Tanaman   
Kacang Merah (Vigna angularis).     12
3.    Morfologi Belalang (Valanga nigricornis) Pada Tanaman
Kacang Merah (Vigna angularis)     13
4.    Morfologi Semut Pada Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis).     13
5.    Daun Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis) yang
      Terserang   Penyakit Bercak Daun     17

6.    Daun Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis) yang Terserang
      Penyakit Hawar Daun     17
7.    Daun Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis) diduga
      Terserang Penyakit Karat Daun     17
8.    Morfologi Gulma Berdaun Sempit     21
9.    Morfologi Gulma Berdaun Lebar     21
10.    Morfologi Gulma Berdaun Teki-tekian     21





DAFTAR TABEL
      Nomor                                           Teks                                                            Halaman
1.    Hasil Pengamatan Intensitas Serangan Hama pada
Tanaman Kacang  Merah (Vigna angularis)     14
2.    Hasil Pengamatan Intensitas Serangan Penyakit pada
 Tanaman Kacang  Merah (Vigna angularis)    18
3.    Pengamatan  Intensitas  Gulma pada  Pertanaman
 Kacang  Merah   (Vigna angularis)    22

       















I.    PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pada umumnya kacang merah merupakan jenis sayuran kacang yang berbuah dan sangat kaya dengan kandungan protein. Ia dipercayai berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pokok kacang merah bertabiat tumbuh tunggak tingginya tidak lebih dari 60 cm yang banyak ditanam di daerah dataran tinggi. kacang merah ini memiliki 2 tipe yaitu, Kacang merah tipe merambat                 (Vigna angularis L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang merah tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman kacang merah dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.
Kacang merah adalah satu dari sekian banyak sayuran yang digemari karena rasanya yang enak dan gurih. Kacang yang satu ini kaya akan vitamin A, vitamin B, dan vitamin C, terutama pada bagian bijinya. Kacang merah merupakan jenis sayuran polong semusim yang tumbuh tegak. Kacang ini mirip dengan kacang panjang. Hanya saja bedanya terletak pada kurangnya daya kemampuan kacang merah dalam bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium. Daun kacang merah agak kasar dan tipe polongnya lebih pipih dari pada kacang panjang.
 Dengan aroma polong yang agak langu, ukuran polongnya pendek sekitar 12 cm, ada yang lurus atau bengkok dengan warna beraneka macam, bentuknya ada yang pipih dan ada yang gilig.
Kacang merah termasuk tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Budidaya kacang merah relative mudah dengan resiko kegagalanyang kecil. Namun demikian, peningkatan luas pertanamannya hanya sekitar 5 % per tahun. Peningkatan yang lambat ini antara lain disebabkan sulitnya petanimemperoleh benih yang berkualitas baik serta waktu panen yang tidak serempak. Tujuan pemuliaan tanaman kacang tanah di Indonesia adalah perbaikan potensigenetic hasil dan mutu biji, antara lain warna kulit biji. Salah satu komponen utama hasil jumlah biji per polong (Ashley, 2005)   
1.2    Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktek Lapangan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman yaitu untuk mengetahui teknik budidaya, identifikasi, dan diagnosa, hama, penyakit, gulma dan teknik pengendalian dari tanaman Kacang Merah (Vigna angularis).
Kegunaan dari Praktek Lapang ini, adalah agar praktikan dapat memahami dan mengidentifikasi serta mendiagnosis hama, penyakit, dan gulma pada tanaman budidaya Kacang Merah (Vigna angularis).













II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Teknik Budidaya Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis)
          Pada  umumnya iklim yang cocok untuk pertumbuhan kacng merah adalah iklim basah sampai iklim kering dengan curah hujan rata-rata 1500-2000 mn/tahun, serata kelembaban udara yang dibutuhkan kuranglebih 55% (sedang). Yang kedua yaitu jenis media tanam yang cocok untuk tanaman kacang merah adalah andosol dan regosol karena mempunyai empat rainase yang baik. Selain itu tanah yang berstruktur gembur, remah, subur dan mengandung kadar pH berkisaran antara 5,5-6,8. Penanaman pada media yang ber-pH < 5,5 aan terganggu pertumbuhannya karena pada pH yag rndah trejadi gangguan penyerapan unsur hara. Yang ketiga ketinggian suatu tempat juga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Tanaman kacang merah ini umunya ditanam di ketinggian 1000-1500 m dari permukaan laut. Ketinggian suatu tempat akan berpengaruh pada kelembaban. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan membajak atau mencangkul sedalam 20-30 cm hingga tanah menjadi gembur. Setelah itu biarkan sampai 7-12 hari untuk mendapatkan sinar matahari. Bedeng dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi bedeng 20-30 cm dengan arah bedeng memanjang ke utara selatan.Kemudian bedeng diberi pupuk kandang, syarat pupuk kandang yang baik adalah tidak berbau, tidak panas, berwarna kehitam-hitaman, dan benar-benarsudah matang. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Setelah menentukan jarak tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, penggaris atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut yang ditugal. Kedalaman tugal 4-6 cm untuk tanah yang remah dan gembur, sedangkan kedalaman 2-4 cm untuk jenis tanah liat. Hal ini disebabkan pada tanah liat kandungan airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan membusuk sebelum mampu berkecambah.
           Pemupukan dapat dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea sebanyak 200 kg / ha, caranya cukup ditugal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu ditutupi kembali dengan tugal atau diinjak dengan kaki. Pengairan Air yang diberikan alam sangat terbatas dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman (Ameily, 2009).

2.2    Hama Tanaman
            Kutu daun (Aphis gossypii) atau sering disebut Aphid tersebar diseluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman,lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman kacang merah. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis).Daur hidup hama ini berkisar antara 7-10 hari. Hama ini menyerang tanaman kacang merah dengan cara menghisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga atau bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keritin, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi kacang merah menurun (Deasy, 2008).
           Kumbang helm (Coccinella arcuta F.), adalah serangga yang berukuran agak kecil, mempunyai sayap, dan membran yang mengeras, serta bintik-bintik pada bagian belakangnya. Kumbang  helm (Coccinella arcuta F.), termasuk serangga ordo Coleoptera.  Serangga golongan ini memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang.  Sifat hidup dari serangga ini, sebagian ada yang merusak tanaman, namun ada pula yang bersifat sebagai predator (Andika, 2007).
           Belalang (Valanga nigricornis) merupakan serangga yang mempunyai ciri-ciri antara lain; mempunyai satu pasang antena, serta sayap.  Belalang (Valanga nigricornis) merupakan serangga yang termasuk dalam ordo Orthoptera yang mempunyai ciri-ciri antara lain; Antena pendek, pronotun tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas tiga buah, femur kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar dibandingkan dengan yang jantan. Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Ortoptera, famili Tettigoniidae. Serangga hama ini dapat merusak tanaman dengan cara menggigit tepi daun atau bagian tengah daun (Kurnia, 2008).
2.3    Penyakit
        Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman kacang merah ialah Penyaki bercak daun yaitu penyebab: cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, manusia dan lain-lain. Gejala: Daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan. Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila sampai menyerang polong, maka polong berbercak kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan ringan (Deasy,2008).
         Penyakit hawar daun yaitu penyebab: bakteri Xanthomonas campestris dari famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20 derajat C dan suhu optimum 30 derajat C. Hidupnya bisa bertahan beberapa tahun di dalam biji, tanah dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Gejala: Pertama-tama terlihat bercak kuning di bagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering dan berwarna cokelat kekuningan. Bila serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Kemudian gejala tersebut dapat meluas ke batang, sehingga lama-kelamaan tanaman akan mati (Bambang, 2008).
        Penyakit karat yaitu penyebab cendawan Uromyces appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales. Cendawan ini masih dapat bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun iklimnya kering. Serangan akan kembali menghebat pada musim hujan. Penyebarannya dapat melalui hembusan angin, percikan atau aliran air, serangga maupun terbawa dalam pengangkutan bibit-bibit tanaman di daerah lain. Gejala: Pada jaringan daun terdapat bintik-bintik kecil berwarna cokelat baik dipermukaan daun sebelah atas maupun bawah dan biasanya dikelilingi oleh jaringan khlorosis. Pada varietes yang tahan, gejalanya hanya berupa bintik-bintik cokelat saja (Darman, 2008).

2.4    Gulma
         Gulma merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah yang banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat dan daur hidup lama (Martin, 2006).
Tanaman Cyperus pumilus termasuk keluarga teki-tekian atau cyperaceae, bagian tumbuhan yang terdapat dibawah tanah biasanya terdiri darai akar, akar rimpang dan umbi. Gulma ini termasuk golongan gulma tahunan dan berkembang biak terutama dengan umbinya. Tanaman ini herba menahun, tinggi 0,1-0,8 m.Batang tumpul sampai persegi tiga tajam.Daun berjumlah 4-10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup tanah. Helaian daun berbentuk garis,dari atas hijau tua mengkilat (Angga, 2009).
Tanaman Amaranthus gracilis merupakan herba berumur satu tahun, tegak atau condong kemudian tegak, tinggi 0,4-1 m, kerapkali bercabang banyak dan berduri. Daun bulat telur dan memanjang, panjang 5-8 cm, dengan ujung tumpul dan pangkal runcing (Ameily, 2009).
Suku teki-tekian atau Cyperaceae adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga.  Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk ke dalam bangsa Poales, kelas commelinids (eumonocots). Ke dalamnya termasuk teki, papirus, finger millet, dan beberapa tumbuhan dengan nilai ekonomi kurang penting.  Suku ini adalah kerabat terdekat suku padi-padian (Poaceae) dan memiliki banyak kemiripan.
 Orang yang kurang terbiasa sering mengacaukan teki dari rumput biasa karena penampilannya yang mirip, seperti daun berbentuk lanset, kebanyakan berwujud terna kecil yang mudah menjadi tumbuhan pengganggu (gulma), serta susunan bunga yang mirip (Andika, 2007).
Gulma berdaun lebar mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya mempunyai lintasan C3, nervatio (pertulangan daun) menyirip, dari kelompok  Dicotyledoneae, bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll (Martin, 2006).
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini.  Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya.  Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya.  Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia.  Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang.  Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica) (Bambang, 2007).
2.5    Musuh Alami
Musuh alami merupakan komponen ekosistem yang menentukan keseimbangan populasi hama. Makin banyak populasi dan jenis hama, musuh alaminya pun makin beragam. Musuh alami berperan dalam menekan populasi hama. Makin banyak musuh alami, makin efektif pula pengendalian hama. Musuh alami dapat berupa predator. Predator yang ditemukan pada pertanaman kacang merah antara lain semut merah dan laba-laba (Kurnia, 2009).
2.6    Teknik Pengendalian
Tehnik pengendalian hama dan penyakit secara umum dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu melakukan pemangkasan lokal dimana bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas, kemudian dikumpulkan disuatu tempat terbuka dan aman, lalu dilakukan pembakaran. Selain itu pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan cara menggunakan biopestisida atau pestisida organik seperti insektisida atau bakterisida, penggunaan pestisida harus diminimalisir. Penggunaan musuh alami dengan penggunaan serangga atau bakteri. Musuh alami kita pilih yang paling dekat dengan target utama, kita pilih yang terbatas atau lebih sedikit sehingga tidak menyerang diluar target. Penggunaan musuh alami harus mengacu pada aturan penggunaan kontrol biologi (Andika, 2007).
Teknik pengendalian gulma dilahan dapat dilakukan dengan cara mekanis yaiti pembakaran gulma merupakan upaya yang paling mudah, merah, dan cepat, tetapi mengandung risiko yang sangat besar. Pembakaran dilahan terbuka sulit dikontrol dan dikendalikan, sehingga dapat meluas dan menyebar ke mana-mana. Pembakaran lahan gambut bisa berakibat fatal karena tanah gambutnya ikut terbakar habis, termasuk jasad hidup didalamnya termasuk cacing tanah, jamur dan lain-lain. Untuk mengurangi risiko tersebut, terutama dilahan gambut, gulma di tebas terlebi dahulu kemudian dikumpulkan pada suatu tempat yang sudah diisolasi/tempat tertentu lalu dibakar (Angga, 2008).

   
III.    METODE PRAKTIKUM
3.1    Tempat dan Waktu
Praktikum Lapang Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman bertempat di lahan percobaan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako.  Waktu pelaksanaan di mulai setiap hari sabtu sore, tanggal 11 September 2011 sampai dengan tanggal 17 Desember 2011 pada pukul 15.00 sampai pukul 17.30 WITA.

3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Teknik Budidaya Tanaman Kacang merah (Vigna angularis) yaitu cangkul, sube, tali nilon, kayu dan ember. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu bibit tanaman Kacang merah (Vigna angularis), pupuk kandang, pupuk urea, dan air.

3.3    Identifikasi dan Diagnosis
Pada minggu pertama praktek lapang tanggal 27 oktober 2011 yang dilakukan adalah menyiapkan lahan yang akan digunakan untuk menanam Kacang Merah (Vigna angularis). Pertama-tama yang dilakukan adalah membersihkan lahan dari gulma-gulma dengan menggunakan cangkul dan sube kemudian membuat bedengan dengan panjang 9 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 30 cm. Setelah membuat bedeng selanjutnya melakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang.
Setelah dua minggu sejak pemupukan, maka dilakukan penanaman Kacang Merah (Vigna angularis). Proses penanaman dimulai dengan membuat lubang tanam dengan menggunakan tugal, jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 50 cm. Selanjutnya menanam bibit Kacang Merah (Vigna angularis) yang telah siap. Setelah itu menyiram bibit yang telah ditanam tersebut agar tidak mati karena kepanasan maupun kekurangan air.
Pada minggu keempat membuat plot untuk mempermudah melakukan identifikasi dan diagnosa terhadap hama dan penyakit serta gulma. Untuk bedeng yang ditanami Kacang Merah (Vigna angularis) diperlukan sebanyak 3 plot. Setiap plot terdiri dari 6 tanaman.
Pada minggu kelima dan terakhir melakukan identifikasi dan diagnosa terhadap hama dan penyakit serta gulma. Setiap hama, penyakit dan gulma yang menyerang tanaman dicatat. Selain melakukan identifikasi dan diagnosa, dilakukan juga pemeliharaan tanaman agar tidak mati dengan cara menyiram tanaman.







IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
    Berdasarkan dari pengamatan pada Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman maka diperoleh hasil sebagai berikut :
4.1.1    Hama
                                                               
                                                            Kkk
kkk
Gambar 1.    Morfologi Kutu Daun (Aphis gossypii) Pada Tanaman kacang merah (Vigna angularis)


                                kKkkk









Gambar 2. Morfologi Kumbang Helm (Coccinella arcuta F.) Pada 
                   Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis).


















Gambar 3.    Morfologi Belalang (Valanga nigricornis) Pada Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis).
















Gambar 4. Morfologi Semut Pada Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis)















Tabel 1.    Hasil Pengamatan Intensitas Serangan Hama Pada Tanaman Kacang  Merah (Vigna angularis)
No     Minggu Pengamatan    Plot     Jenis OPT    Keterangan
1



















2

















3    Minggu 1
Sabtu,12 November 2011













   



Minggu ke 2
Sabtu, 19 November 2011















Minggu ke 3
Sabtu, 26 November 2011    A





B





C







A





B





C





A





B





C    A1. Semut Merah
A2.
A3.
A4. Semut Hitam
A5. Semut Merah
A6.
B1.
B2. Semut Merah
B3.
B4.Kumbang Merah
B5.
B6. Semut Hitam
C1. Kumbang Helm
C2.
C3. Semut Hitam
C4. Semut Merah
C5.
C6. Laba-laba


A1.
A2. Kutu Daun
A3.
A4.
A5. Semut Merah
A6.
B1.
B2. Semut Merah
B3.
B4. Kutu Daun
B5.
B6. Semut Hitam
C1.
C2. Semut Merah
C3.
C4.
C5. Semut Hitam
C6.
A1.
A2.
A3. Semut Merah
A4.
A5. Semut Merah
A6.
B1. Semut Hitam
B2.
B3.Kumbang Helm
B4.
B5.
B6.
C1.
C2.
C3.
C4.
C5. Belalang
C6.    Terserang


Tidak Terserang
Terserang


Tidak Terserang

Tidak Terserang

Tidak Terserang
Tidak Terserang

Tidak Terserang 
Terserang

Tidak Terserang



Tidak Terserang


Tidak Terserang


Tidak Terserang 

Tidak Terserang

Tidak Terserang

Tidak Terserang


Tidak Terserang



Tidak Terserang

Tidak Terserang

Tidak Terserang

Tidak Terserang







Terserang




















4.1.2    Penyakit

   









Gambar 5.Daun Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis) yang Terserang   Penyakit Bercak Daun












Gambar 6.    Daun Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis) yang Terserang Penyakit Hawar Daun


Keterangan :
Terdapat Bercak-Bercak  
pada Daun








Gambar 7.    Daun Tanaman Kacang Merah (Vigna angularis) diduga Terserang Penyakit Karat Daun


Tabel 2.    Hasil Pengamatan Intensitas Serangan Penyakit Pada Tanaman Kacang  Merah (Vigna angularis)
No     Minggu Pengamatan    Plot     Jenis Penyakit    Keterangan
1



















2

















3    Minggu 1
Sabtu, 12 November 2011













   



Minggu ke 2
Sabtu, 19 November 2011















Minggu ke 3
Sabtu, 26 November 2011    A





B





C







A





B





C





A





B





C    A1. Bercak daun
A2.
A3.
A4.
A5.
A6.
B1.
B2. Bercak daun
B3. Hawar daun
B4.
B5.
B6.
C1
C2.
C3.
C4.
C5.
C6. Karet Daun


A1.
A2.
A3.
A4. Bercak daun
A5. Bercak daun
A6.
B1.
B2. Bercak daun
B3. Bercak daun
B4.
B5.
B6.
C1. Hawar daun
C2. Bercak daun
C3.
C4.
C5. Bercak daun
C6.
A1. Hawar daun
A2.
A3.
A4. Hawar daun
A5. Bercak Daun
A6.
B1.
B2.
B3.
B4.
B5. Hawar daun
B6.
C1. Hawar daun
C2. Bercak daun
C3.
C4. Bercak daun
C5. Bercak daun
C6.    Daun menguning






Daun menguning
Sebagian daun menguning








Daun memutih







Daun menguning
Daun menguning


Daun menguning
Daun menguning



Daun menjadi kering
Daun menguning




Daun menguning


Kering pada bagian daun




Daun menguning
Daun menguning










Daun mengering



Daun menjadi kering
Daun menguning


Daun menguning
Daun mengering




















4.1.3    Gulma




Gambar 8. Morfologi Gulma Berdaun Sempit







Gambar 9. Morfologi Gulma Berdaun Lebar












Gambar 10. Morfologi Gulma Teki-Tekian





Gambar 11. Morfologi Gulma Berdaun Sempit


Tabel 3.Pengamatan  Intensitas  Gulma Pada   Pertanaman  Kacang  Merah            (Vigna angularis)
No    Minggu Pengamatan    Plot    Gulma Dominan
1


2


3
    Minggu ke 1
Sabtu, 12 November 2011
Minggu ke 2
Sabtu, 19 November 2011
Minggu ke  3
Sabtu, 26 November 2011    A
B
C
A
B
C
A
B
C    -    Gulma berdaun lebar
-    Gulma berdaun lebar
-    Gulma berdaun lebar
-    Gulma berdaun lebar
-    Gulma berdaun lebar
-    Gulma berdaun lebar
-    Gulma berdaun lebar
-    Gulma berdaun lebar
-    Gulma berdaun lebar






















4.2    Pembahasan
4.2.1 Hama
Berdasarkan Hasil pengamatan praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman yang dilakukan dilapangan pada minggu pertama, terlihat bahwa serangan hama pada tanaman kacang merah sudah dapat terlihat walaupun masih sedkit, pada pengamatan pertama dan ke dua juga serangan hama semakin hari semakin meningkat dengan ditunjukkan adanya kerusakan-kerusakan yang terjadi pada tanaman kacang merah , begitu juga pada pengamatan ke tiga. Hal tersebut diakibatkan oleh lingkungan tersebut sangat disukai oleh hama-hama, sehingga dengan sangat mudah mereka menyerang, dan kurangnya pengendalian yang dilakukan. Akan tetapi hama yang sering menyerang tanaman kacang merah ini yaitu semut merah yang biasa disebut juga predator.
Pada setiap harinya, pertumbuhan tanaman setiap waktunya dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya  ialah  ketersediaan makanan,air, pupuk, dan faktor yang tidak kalah penting yaitu faktor serangan hama (Indarto, 2005).

4.2.2 Penyakit
Pada pengamatan yang dilakukan yaitu pada pengamatam minggu pertama masih terlihat tanaman masih sehat dan segar dan belum terlihat adanya gejala penyakit. Namun pada minggu ke dua dan ke tiga, nampak pada plot A sampai pada plot C terlihat daun pada tanaman Kacang merah  (Vigna angularis) tampak menguning dan kering  Hal tersebut disebabkan oleh penyakit yaitu Bercak daun biasa menyerang tanaman kacang merah tersebut. Kemungkinan terjadinya kekuningan daun tersebut disebabkan oleh kurangnya perawatan yang dilakukan dan pengendalian-pengendalian yang jarang dilakukan.
    Penyakit hawar daun disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris  Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20 derajat C dan suhu optimum 30 derajat C. Hidupnya bisa bertahan beberapa tahun di dalam biji, tanah dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Gejala: Pertama-tama terlihat bercak kuning di bagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering dan berwarna cokelat kekuningan. Bila serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Kemudian gejala tersebut dapat meluas ke batang, sehingga lama-kelamaan tanaman akan mati (Angga, 2009).


4.2.3 Gulma
    Dari hasil pengamatan gulma yaitu pada minggu pertama sampai minggu ke tiga pada plot A sampai pada plot C terdapat gulma daun lebar, gulma berdaun sempit, dan gulma berdaun panjang, gulma dominan yang nampak yaitu gulma yang berdaun lebar, begitu pula pada pengamatan plot C nampak gulma dominan  yang ada yaitu gulma yang berdaun lebar.
Berdasarkan pengamatan, gulma yang mendominasi pada lahan pertanaman secara keseluruhan yaitu ialah jenis gulma yang berdaun lebar, yang banyak ditemukan pada lahan pertanaman.


Tanaman Amaranthus gracilis atau gulma berdaun lebar merupakan herba berumur satu tahun, tegak atau condong kemudian tegak, tinggi 0,4-1 m, kerapkali bercabang banyak dan berduri. Daun bulat telur dan memanjang, panjang 5-8 cm, dengan ujung tumpul dan pangkal runcing (Mastani, 2009).



















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1       Kesimpulan
         Berdasarkan hasil yang diperoleh dilapangan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.    Kacang merah (Vigna angularis) merupakan tanaman budidaya bulanan,  dalam satu tahun bisa tiga kali bercocok tanam.
2.    Hama   yang   sering    menyerang    pada    tanaman   kacang   merah  (Vigna angularis) kelompok kami adalah hama semut merah yang biasanya disebut sebagai predator, hama ini menyerang bagian akar tanaman.
3.    Penyakit   tanaman   yang   sering menyerang  tanaman kacang merah (Vigna angularis) yaitu penyakit bercak daun.
4.    Pada pengamatan yang dilakukan, gulma yang mendominasi pada lahan pertanaman kacang merah (Vigna angularis) secara keseluruhan yaitu ialah jenis gulma yang berdaun lebar, yang banyak ditemukan pada lahan tersebut.
5.    Musuh alami pada tanaman kacang merah (Vigna angularis) yaitu semut hitam dan semut merah yang paling mendominasi.
6.    Pengendalian tanaman kacang merah (Vigna angularis) dapat dilakukan dengan cara menanam bibit yang unggul, mengadakan penyemprotan terhadap hama yang menggangu dan membersihkan bagian bawah tanamn atau mendatangkan musuh alami sebagai predator.

 5.2  Saran
Saran saya selaku praktikan yaitu agar fasilitas untuk praktikum lapang selanjutnya harap diperhatikan, dalam hal ini air. Dimana kami selaku praktikan sangat kesulitan untuk mendapatkan air, sehingga biasanya tanaman kami tidak dilakukan penyiraman. Akibatnya, tanaman kami menjadi layu dan mati, dan jika tanaman kami mati, itu sangat berpengaruh besar kepada nilai kami.












LAMPIRAN


                             Terserang Penyakit Bercak Daun


                             Terserang Penyakit Karat Daun


DAFTAR PUSTAKA
Ashley, 2005. Teknik Budidaya Kacang Merah.http://ameily-stiperkutimblog.blogspot.com/2009/10/bab-ipendahuluan.html.       Diakses pada tanggal 08 januari 2012.

Andika, 2007. Poiensi Gulma. http://Potensi-Beberapa-Ekstrak-Gulma.html. Diakses pada tanggal 08 Januari 2012.

Angga, 2009. KlasifikasiGulma. http://pertanian. blogdetik. com/2009/02/28/klasifikasi-gulma/. Diakses pada tanggal 08 januari 2012.
Ameily, 2009. Gulma. http://id.wikipedia.org/wiki/gulma Diakses pada tanggal 09 Januari 2012.
Bambang, 2007. Sifat-sifat gulma. http://Martin-joni/wp. co. Diakses pada tanggal 09 Januari 2012.
Darman, 2008. Gulma . http ://tustiana. blogspot. com/2009/02.  Diakses pada tanggal 09 Januari 2012.
Deasy, 2008. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. AgroMedia Pustaka, Tanggerang.
Indarto, 2005. Sentra Informasi IPTEK. http://www.ipteknet.com. Diakses minggu, 01 Januari 2012.
Kurnia, 2008. Karya Tulis Tentang Penyakit Tanaman http://balitsereal.litbang.deptan.go.id  diakses pada tanggal 05 Januari 2012.
Martin, 2006. Dasar-Dasar mata kuliah gulma http;//Martin.blogspot.com/2006. Diakses pada tanggal 09 Januari 2012.
Mastani, 2009.  http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3234042.pdf  diakses pada tanggal 01 Januari 2012.

BIODATA PENYUSUN
Penyusun bernama lengkap Tuso wiyono dan merupakan anak ke empat dari pasangan suami-istri Paino dan Katiah. Dilahirkan di Desa Wanagading pada tanggal 15 Maret 1989.
Penyusun memulai masa pendidikan pada tahun 1997  pada tingkat Sekolah Dasar di SDN Inpres 2 Wanagading.  Setelah lulus pada tahun 2003, kemudian penyusun melanjutkan ke tingkat selanjutnya di SMP Negeri 2 Moutong dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penyusun melanjutkan pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Moutong dan lulus pada tahun 2009.  Pada tahun 2010, penyusun masuk ke perguruan tinggi melalui jalur SNPTN, yaitu di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.